Wahai ibu kita kartini. Putri yang mulia. Sungguh besar cita-citanya Bagi Indonesia.
Lirik lagu di atas merupakan sebuah penggalan dari lagu Ibu Kita Kartini yang di dedikasikan untuk mengenang jasa-jasa yang pernah dilakukan oleh RA Kartini. Sungguh besar jasa-jasa Krtini sampai lirik lagu diatas yang berjudul Ibu Kita Kartini diulang tiga kali.
Melihat perjuangannya memang sudah sepantasnya Kartini mendapat penghormatan atas jasa-jasanya terhadap emansipasi perempuan dahulu.
21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah, pertama kalinya Raden Adjeng Kartini dilahirkan. Dia adalah seorang tokoh perempuan di Indonesia yang dengan semangat memperjuangkan emansipasi perempuan Indonesia. Salah satu yang dilakukannya adalah dengan mendirikan Sekolah Kartini oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya.
Kini seratus tiga puluh dua tahun sudah kita mengenang Kartini salah satu pahlawan perempuan Indonesia. Meskipun jasad telah tiada tetapi jasa akan selalu mewangi sepanjang perjalanan Indonesia. Sebagai salah satu pahlawan bangsa patut kita apresiasi yang sebesar besarnya atas jasa-jasanya.
Dialah sedikit dari pahlawan perempuan di Indonesia di tengah dominasi pahlawan laki-laki. Lantas setelah seratus tiga puluh dua tahun apakah kita hanya akan terbuai oleh kemanisan yang telah ditorehkan Kartini? Jangan sampai hingar bingar peringatan hari kartini mampu melupakan perjuangannya dulu dan mengikis makna di balik hari bersejarah ini.
Sudah sepantasnya perempuan Indonesia masa kini mencontoh perjuangan RA Kartini. Sehingga kita mampu menemukan sosok kartini-kartini masa kini. Melihat perjuangan RA Kartini dalam pendidikan menjadi sangat menarik untuk diperbincangkan. Semangat tanpa kenal lelah Kartini untuk membangun sekolah-sekolah patut kita contoh.
Pemikirannya akan pentingnya pendidikan untuk kaum perempuan sudah selayaknya kita jadikan referensi untuk pengembangan dunia pendidikan kita saat ini. Sehingga tokoh pendidikan saat ini tidak hanya di hiasi oleh kaum adam saja. Sudah selayaknya kaum hawa menunjukan tajinya sebagai bukti jika semangat Kartini yang melekat pada perempuan-perempuan Indonesia terwariskan dengan baik.
Saatnya perempuan-perempuan masa kini sebagai calon-calon pengganti RA Kartini mulai berfikir untuk memajukan dunia pendidikan Indonesia saat ini, yang semakin karut marut oleh pemikiran pragmatisme yang mulai membudidaya didunia pendidikan Indonesia. Sehingga apa yang diperjuangkan Kartini dahulu tidak sia-sia. Jika Kartini dulu saja bisa yang berjuang dari hadangan kolonialisme, tentunya tidak ada alasan perempuan sekarang tidak bisa melanjutkan prjuangan Kartini.
Mari buktikan jika perempuan-perempuan Indonesia mampu mewarisi semangat kartini khususnya dalam bidang pendidikan. Sehingga mampu membawa setetes penyegaran ditengah dahaganya kualitas pensisikan Indonesia yang sangat memprihatinkan oleh pola fikir Pragmatisme. Mari saatnya perempuan-perempuan Indonesia meniru RA Kartini yang berjuang dengan ikhlas tanpa pamprih, yang didasari pada cita-cita suci bagi Indonesia. Bagi pendidikan Indonesia khususnya. Maju perempuan Indonesia.
Lirik lagu di atas merupakan sebuah penggalan dari lagu Ibu Kita Kartini yang di dedikasikan untuk mengenang jasa-jasa yang pernah dilakukan oleh RA Kartini. Sungguh besar jasa-jasa Krtini sampai lirik lagu diatas yang berjudul Ibu Kita Kartini diulang tiga kali.
Melihat perjuangannya memang sudah sepantasnya Kartini mendapat penghormatan atas jasa-jasanya terhadap emansipasi perempuan dahulu.
21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah, pertama kalinya Raden Adjeng Kartini dilahirkan. Dia adalah seorang tokoh perempuan di Indonesia yang dengan semangat memperjuangkan emansipasi perempuan Indonesia. Salah satu yang dilakukannya adalah dengan mendirikan Sekolah Kartini oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya.
Kini seratus tiga puluh dua tahun sudah kita mengenang Kartini salah satu pahlawan perempuan Indonesia. Meskipun jasad telah tiada tetapi jasa akan selalu mewangi sepanjang perjalanan Indonesia. Sebagai salah satu pahlawan bangsa patut kita apresiasi yang sebesar besarnya atas jasa-jasanya.
Dialah sedikit dari pahlawan perempuan di Indonesia di tengah dominasi pahlawan laki-laki. Lantas setelah seratus tiga puluh dua tahun apakah kita hanya akan terbuai oleh kemanisan yang telah ditorehkan Kartini? Jangan sampai hingar bingar peringatan hari kartini mampu melupakan perjuangannya dulu dan mengikis makna di balik hari bersejarah ini.
Sudah sepantasnya perempuan Indonesia masa kini mencontoh perjuangan RA Kartini. Sehingga kita mampu menemukan sosok kartini-kartini masa kini. Melihat perjuangan RA Kartini dalam pendidikan menjadi sangat menarik untuk diperbincangkan. Semangat tanpa kenal lelah Kartini untuk membangun sekolah-sekolah patut kita contoh.
Pemikirannya akan pentingnya pendidikan untuk kaum perempuan sudah selayaknya kita jadikan referensi untuk pengembangan dunia pendidikan kita saat ini. Sehingga tokoh pendidikan saat ini tidak hanya di hiasi oleh kaum adam saja. Sudah selayaknya kaum hawa menunjukan tajinya sebagai bukti jika semangat Kartini yang melekat pada perempuan-perempuan Indonesia terwariskan dengan baik.
Saatnya perempuan-perempuan masa kini sebagai calon-calon pengganti RA Kartini mulai berfikir untuk memajukan dunia pendidikan Indonesia saat ini, yang semakin karut marut oleh pemikiran pragmatisme yang mulai membudidaya didunia pendidikan Indonesia. Sehingga apa yang diperjuangkan Kartini dahulu tidak sia-sia. Jika Kartini dulu saja bisa yang berjuang dari hadangan kolonialisme, tentunya tidak ada alasan perempuan sekarang tidak bisa melanjutkan prjuangan Kartini.
Mari buktikan jika perempuan-perempuan Indonesia mampu mewarisi semangat kartini khususnya dalam bidang pendidikan. Sehingga mampu membawa setetes penyegaran ditengah dahaganya kualitas pensisikan Indonesia yang sangat memprihatinkan oleh pola fikir Pragmatisme. Mari saatnya perempuan-perempuan Indonesia meniru RA Kartini yang berjuang dengan ikhlas tanpa pamprih, yang didasari pada cita-cita suci bagi Indonesia. Bagi pendidikan Indonesia khususnya. Maju perempuan Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar